Pages

Ads 468x60px

Labels

Selasa, 01 November 2011

Terapi Cairan Pada Syok Hipovolemik



1 Terapi Umum
A.     Letakkan pasien pada posisi terlentang kaki lebih tinggi agar aliran darah otak minimal. Gunakan selimut untuk mengurangi pengeluaran panas tubuh. 4
B.     Periksa adanya gangguan respirasi. Dagu ditarik kebelakang supaya posisi kepala menengadah dan jalan nafas bebas, beri O2 kalau perlu diberi nafas buatan. 4
C.     Pasang segera infus cairan kristaloid dengan kandungan besar (18,16). 4
D.     Lakukan pemeriksaan fisik yang lengkap termasuk kepala dan punggung. Bila ktekadan darah dan kesadaran relative normal pada posisi terlentang, coba periksa dengan posisi duduk atau berdiri. 4
E.      Keluarkan darah dari kanul intra vena untuk pemeriksaan labolatorium: darah lengkap, penentuan golongan darah, analisa gas darah elektrolit. Sampel darah sebaiknya diambil sebelum terapi cairan dilakukan. Pada syok hipovolemik, kanulasi dilakukan pada vena savena magna atau vena basilica daengan kateter yang panjang untuk kanulasi vena basilika dapat sekaligus untuk mengukur  tekanan vena sentral (TVS). 4
F.      Peubahan nilai PaCO2, HCO3, dan PH pada analisa gas darah dapat dipakai sebagai indicator beratnya gangguan fungsi kardiorespirasi, derajat asidosis metabolik dan hipoperfusi jaringan. 4
G.     Beri oksigen sebanyak 5-10 L/menit dengan kanul nasal adatau sungkup muka dan sesuaiakan kebutuhan oksigen PaO2. Pertahanankan PaO2 tetap di atas 70 mmHg. 4

H.     Beri natrium bikarbonat 1 atau 2 ampul bersama cairan elektrolit untuk mempertahankan nilai pH tetap di atas 7,1 walaupun koreksi asidosis metabolik yang terbaik pada syok adalah memulihkan sirkulasi dan perfusi jaringan. 4
I.        Terapi medikamentosa segera.
1.      Adrenalin dapat diberikan jika terdapat kolaps kardiovaskular berat (tensi/nadi hamper tidak teraba) dengan dosis 0,5-1 mg larutan 1:1000 intra muscular atau 0,1-0,2 mg larutan 1:1000 dalam pengenceran 9 ml NaCL 0,9% intra vena. Adrenalin jangan dicampur dengan natrium bikarbonat karena adrenalin dapat menyebabkan inaktivasi larutan basa. 4
2.      Infus cepat dengan Ringer’s laktat (50 ml/menit) terutama pada syok hipovolemik. Daat dikombinasi dengan cairan koloid (dextran L). 4
3.      Vasopresor diberikan pada syok kardiogenik yang tidak menunjukkan perbaikan dengan terapi cairan. Dopamin dapat digunakan dengan dosis 2.5 Ug/kg/menit (larutan dopamine 200 mg dalam 500 ml cairan dekstrosa 5%. Setiap ml larutan mengandung 400 Ug dopamin). Dosis dopamin secara bertahap dapat ditingkatkan hingga 10-20 Ug/Kg/menit. Pemberian vasopresor pada hipovolemia sedang sampai berat tidak bermanfaat. 4
J.       Pantau irama jantung dan buat rekaman EKG (terutama syok kardiogenik). Syok adalah salah satu predisposisi aritmia karena sering disertai gangguan keseimbangan elektrolit, asam dan basa. 4
K.     Pantau dieresis dan pemeriksaan analisis urin. 4
L.      Pemeriksaan foto toraks umumnya bergantung pada penyebab dan tingkat kegawatan syok. 4
Semua pasien syok harus dirujuk ke rumah sakit, terutama untuk perawatan intensif. 4

2 Terapi Spesifik
Syok hipovolemik disebabkan oleh : 4
a.       Perdarahan (syok hemoragik), misalnya trauma.
b.      Kehilangan plasma, misalnya luka bakar, peritonitis.
c.       Kehilangan air dan elektrolit, misalnya muntah, diare.

Penatalaksanaan : 4
A.     Letakkan pasien pada posisi terlentang
B.     Beri oksigen sebanyak 5-10 L/menit dengan kanula nasal atau sungkup muka.
C.     Lakukan kanulasi vena tepi dengan kateter no.16 atau 14 per kutaneus atau vena seksi. Kalau perlu jumlah kanulasi vena 2-3 tergantung pada tingkat kegawatan syok. Kanulasi dapat dilakukan pada :
1.      Vena safena magna.
2.      Vena basilika. Gunakan caterer panjang untuk mencapai dan mengukur TVS.
3.      Vena femoralis.
Kanulasi vena sentral perkutaneus pada syok hipovolemik berat harus dicegah karena mungkin vena-vena besar kolaps dan mudah terjadi komplikasi pneumotoraks. Kedua komplikasi dapat memperberat kondisi pasien bahkan kematian.
D.     Beri infus dengan cairan kristaloid atau koloid. Tujuan utama tetapi adalah memulihkan curah jantung dan perfusi jaringan secepat mungkin. Jenis cairan kristaloid antara lain garam fisiologi (garam, nomal), NaCl hipertonik atau larutan garam berimbang seperti ringer’s laktat, ringer’s asetat. Jaringan cairan koloid antara lain darah, plasma dan komponen darah (plasma beku segar, albumin, plasmanat) atau pengganti plasma (plasma substitutes) seperti dekstran 40 dan 70. 4

Jenis Cairan :
A.     Larutan Kristaloid : ringer laktat
B.     Larutan Koloid : darah, plasma/larutan albumin, pengganti plasma
 Tabel 9. Kristaloid versus koloid

3 Monitor Resusitasi

1.      Penuntun resusitasi
Pemberian cairan parenteral pada resusitasi syok hipovelemik sebaiknya dituntun oeh parameter fisiologis penting dan bukan oleh suatu formula. Petunjuk bahwa resusitasi berhasil antara lain TVS mendekati nilai normal (3-8 cm H2O), dieresis diatas 0,5 ml/kgBB/jam, kesadaran membaik, perfusi perifer membaik dan curah jantung meningkat (curah jantung normal=3,5 L/menit, tensi mendekati nrmal, nadi teraba baik dan sebagainya). 4

a.       TVS dan tekanan baji kapiler paru (TBKP)
Pengukuran TVS pada syok hipovolemik mutlak dilakukan untuk menuntun dan mengetahui keberhasilan resusitasi. Pada individu sehat, TVS dapat dipakai sebagai ukuran tekanan atrium kiri tidak langsung, kecuali terdapat penyakit kardiorespirasi seperti gagal jantung kongstif atau penyakit paru obstruktif menahun. Dalam hal ini pengukuran tekanan atrium kiri atau TBKP lebih mencerminkan keadaan sebenarnya, hanya amat disayangkan pengukuran TBKP tidak praktis untuk keadaan gawat darurat. 4
Pada syok ringan samapai sedang, nilai TVS sampai 15 cm H2O umumnya dapat ditoleransi oleh pasien. Tetapi pada syok berat yang telah disertai dengan kebocoran endotel kapiler, TVS harus dipertahankan pada batas 3-8 H2O karena kelebihan cairan intra vaskular dapat  mempertahankan udem interstisial terutama pada jaringan baru. 4
b.      Diuresis
Merupakan indeks aliran darah visceral yang baik terutama aliran darah ginjal. Diuresis harus dipertahankan minimal 0,5 ml/kg/jam. 4
c.       Lain-lain
Keberhasilan resusitasi juga dapat ditunjukkan dengan perbaikan tingkat kesadaran dan perfusi perifer. Untuk itu umunya digunakan indikator klinis termasuk AGD, pengukuran curah jantung dan konsumsi oksigen yang hanya dilakukan di ruamh sakit besar. 4

2.      Tanda-tanda kegagalan resusitasi
a.       TVS dan dieresis yang meningkat di atas normal. Hal ini menunjukkkan kelebhan cairan intra vaskular dan vaskular dan harus segera dikurangi. 4
b.      TVS dan diuresis yang meningkat diatas normal. Hal ini menunjukkan cairan intra vaskular dan perlu ditambah. 4
c.       TVS meningkat, dieresis menurun. Perlu mengukur tekanan baji kapiler par dan curah jantung untuk penentuan terapi lebih lajut. 4
 
3.      Evaluasi terapi
Evaluasi yang penting adalah kontinuitas pengamatan parameter fisiologik sebagaimana yang telah dianjurkan terdahulu. Tambahkan evaluasi antara lain:
a.       Pengukuran tekanan darah, frekuensi nadii dan pernafasan tiap 15-30 menit. 4
b.      Pengukuran keseimbangan pemasukan dan pengeluaran cairan. Ingat bahwa syok berat atau berlanjut sering disertai nekrosis tubular akut dan kegagaln ginjal (oligo anuri). 4
c.       Pengukuran hematokrit periodic jika perdarahan diduga masih berlangsung. Perlu diketahui bahwa penurunan hematokrit pada syok hemoragik tanpa terapi tidak terjadi segera melainkan bertahap selama 24-48 jam. Hal ini disebabkan karena terdapat hemodilusi.4
d.      AGD perlu dilakukan berulang-ulang karena pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya perbaikan dan perburukan fungsi kardiorespirasi dalam keadaan gawat darurat. 4
  
NOTE: Untuk lebih lengkapnya dapat Anda download di sini.

0 komentar:

Posting Komentar