Pages

Ads 468x60px

Labels

Kamis, 31 Maret 2011

Penggunaan Anti Leukotrien pada Rhinitis Alergi



PENDAHULUAN

Rinitis alergi memang bukan penyakit berbahaya yang mematikan, akan tetapi rinitis alergi harus dianggap penyakit yang serius karena karena dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya (QOL). Oleh karena itu, saat ini terus dikembangkan obat-obat yang dapat mengobati atau meringankan gejala yang timbul pada rinitis alergi.

RINITIS ALERGI
DEFINISI
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut.
Rinitis alergi menurut WHO ARIA (2001) adalah kelainan pada hidung setelah mukosa hidung terpapar oleh alergen yang diperantarai oleh IgE dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal pada hidung dan hidung tersumbat.

ETIOLOGI
Berdasarkan cara masuknya alergen dibagi atas:
·         Alergen inhalan misalnya tungau debu rumah, kecoa, serpihan epitel kulit binatang, rerumputan serta jamur.
·         Alergen ingestan berupa makanan, misalnya susu, sapi, telur, coklat, ikan laut, udang, kepiting dan kacang-kacangan.
·         Alergen injektan misalnya penisilin dan sengatan lebah.
·         Alergen kontaktan misalnya bahan kosmetik, perhiasan.


PREVALENSI
Mencapai prevalensi 5-22% dari semua penyakit atopi. Rhinitis alergi telah menjadi problem kesehatan global 10% sampai lebih dari 40% seluruh penduduk dunia. Rinitis alergi sering timbul pada usia rata 8-11 tahun. Pada 80% kasus, rinitis alergi terjadi pada usia 20 tahun.



KLASIFIKASI
Berdasarkan sifat berlangsungnya:
·         Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis)
·         Rinitis alergi sepanjang tahun (perenial)

Berdasarkan rekomendasi dari WHO Initiative ARIA 2000, yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya:
·         Intermiten (kadang-kadang) : bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.
·         Persisten/menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan atau lebih dari 4 minggu.

DIAGNOSIS
Anamnesis:
·         Bersin
·         Rinore
·         Hidung tersumbat
·         Hidung dan mata gatal

Pemeriksaan Fisik
Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat disertai adanya sekret encer yang banyak. Bila gejala persisten, konka inferior tampak hipertrofi. Selain itu juga disertai tanda Allergic Shiner, Allergic Crease, Allergic Sallute, Facies Adenoid, Geographic Tongue

PEMERIKSAAN PENUNJANG
·         In vitro
·         In vivo

Diagnosis banding
·         Rinitis vasomotor
·         Rinitis infeksi
·         Common cold

Penatalaksanaan
·         Menghindari kontak dengan alergen penyebabnya (avoidance) dan eliminasi.
·         Medikamentosa antara lain: Anti histamin, Decongestan, Kortikosteroid, Antikolinergik, Anti Leukotrien, Imunoterapi, dan Operatif.

Komplikasi
·         Polip hidung.
·         Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak.
·         Sinusitis paranasal

LEUKOTRIEN
Definisi
Leukotrien ("leuko," dari sel-sel darah putih, dan "trienes," tiga ikatan ganda terkonjugasi) merupakan bagian produk 5-lipoxygenase dari metabolisme asam arakidonat.
Zat ini merupakan mediator radang dan nyeri

Tipe Leukotrien
·         LTA4: produk tidak stabil dari 5-lipoxygenase pada substrat asam arakhidonat  dan prekursor dari leukotriene B4 bioaktif dan leukotrien cysteinyl.
·         LTB4: sebuah produk dari aktivitas hidrolase leukotriene A4 pada leukotriene A4 dan juga sebagai chemoattractant leukosit
·         LTC4: sebuah produk dari tindakan sintase leukotriene C4 pada leukotriene A4 dan pelopor dari cysteinyl leukotrien yang lain.
·         LTD4: suatu metabolit dari leukotriene C4 dan yang paling poten dari cysteinyl  leukotrienes lain dalam kontrak dengan otot halus saluran napas dalam ikatan CysLT1.
·         LTE4: suatu metabolit leukotriene D4  dan produk akhir dari semua cysteinyl leukotrienes  yang dapat diukur dalam urin.

Reseptor Leukotrien
·         B leukotriene reseptor 1 (BLT 1) adalah reseptor dengan afinitas tinggi untuk LTB 4 yang menengahi sebagian besar dari chemoattractant dan aktivitas proinflamasi.
·         B leukotriene reseptor 2 (BLT2 ) adalah sebuah reseptor afinitas rendah untuk LTB 4 yang juga mengikat produk lipoxygenase lainnya
·         Cysteinyl leukotriene reseptor tipe 1 (CysLT 1) menengahi terjadinya bronkokonstriksi yang terus-menerus, sekresi lendir, dan edema pada saluran udara. 
·         Cysteinyl leukotriene reseptor (CysLT 2) memberikan kontribusi untuk peradangan, permeabilitas pembuluh darah, dan fibrosis jaringan.

Fungsi Leukotrien
Leukotrien berperan dalam proses inflamasi yang terjadi pada rinitis alergi dan asma. LTB4 khusus disintesa di makrofag dan neutrofil alveolar dan bekerja chemotaxis yaitu menstimulir migrasi leukosit. LTC4, LTD4, dan LTE4 terutama terbentuk di mastcells dan granulosit eosinofil dan berkhasiat vasokonstriksi di bronchi dan mukosa lambung, meningkatkan hiperaktivitas bronchi dan permeabilitas pembuluh paru dengan menimbulkan udema, serta berperan pada sekresi mukus

Jenis Leukotrien antagonis
Leukotrien antagonis terbagi menjadi 2, yaitu:
·         Leukotriene Receptor Antagonists, adalah CysLT 1 antagonis meliputi montelukast (singulair), zafirlukast (accolate), dan pranlukast. 
·         Leukotriene Synthesis Inhibitor, adalah zileuton (Zyflo), yang secara langsung menghambat 5-lipoxygenase; yang berefek memblok produksi leukotrienes cysteinyl dan LTB 4

Penggunaan Anti Leukotrien pada Rinitis Alergi
Leukotrien reseptor antagonis oral yang sering digunakan untuk pengobatan asma dan rinitis alergi adalah Montelukast. Montelukast bekerja dalam cara yang mirip dengan zafirlukast (Accolate), menghalangi pengikatan beberapa leukotrien. Keamanan dan efektivitas montelukast telah dibuktikan pada anak-anak dengan usia 6 bulan. Hal ini disetujui oleh FDA di Amerika Serikat pada tahun 1998.
Penggunaan Montelukast bersamaan dengan Fenobarbital meningkatkan konsentrasi montelukast dalam darah sekitar 40%. Rifampisin mungkin memiliki efek yang sama. Dosis yang dianjurkan untuk montelukast adalah 4, 5, atau 10 mg per hari. 4 mg untuk anak 2-6 tahun, 5 mg untuk anak 6-15 tahun, dan 10 mg untuk dewasa.
Montelukast melintasi plasenta ke janin setelah pemberian oral untuk hewan Selain itu, studi pada hewan juga menunjukkan montelukast dikeluarkan dalam susu. tetapi tidak ada penelitian yang memadai pada wanita hamil untuk menentukan dampak pada janin.
Efek samping yang paling umum pada montelukast adalah sakit kepala, pusing, sakit perut, sakit tenggorokan, dan rhinitis.
Montelukast leukotriene-reseptor antagonis relatif lemah sebagai monoterapi. Peran montelukast adalah umumnya sebagai terapi tambahan dalam perawatan pasien yang tidak memiliki  respon yang memadai untuk antihistamin, kortikosteroid nasal, atau keduanya.
Dalam mengobati rinitis alergi ringan, baik montelukast atau antihistamin generasi kedua mungkin dipilih karena keberhasilannya sebanding. Jika tidak ada perbaikan yang diharapkan, penggantian ke kortikosteroid inhalasi mungkin lebih efektif daripada penambahan obat kedua. Penggunaan suatu kortikosteroid inhalasi (Inhaled Corticosteroid/ICS) sebagai pengobatan lini pertama juga diterima pada penyakit ringan. 

NOTE: Untuk lebih lengkapnya dapat anda download di sini.

0 komentar:

Posting Komentar