Gagal nafas adalah suatu kegawatan yang disebabkan oleh
gangguan pertukaran oksigen dan karbondioksida, sehingga sistem pernafasan
tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh. Sumbatan jalan nafas
merupakan salah satu penyebab kematian utama yang kemungkinan masih dapat
diatasi. Penolong harus dapat mengenal tanda-tanda dan gejala-gejala sumbatan
jalan nafas dan menanganinya dengan cepat walaupun tanpa menggunakan alat yang
canggih.
Sumbatan jalan nafas
dapat dijumpai baik di dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit. Di luar
rumah sakit misalnya penderita tersedak makanan padat sehingga tersumbat jalan
nafasnya, sedangkan di dalam rumah sakit misalnya penderita tidak puasa sewaktu
akan dilaksanakan pembedahan sehingga dapat terjadi aspirasi yang dapat
menyumbat jalan nafasnya.
2.1
Definisi
Resusitasi adalah daya upaya untuk mengembalikan
fungsi hidup dan kesadaran dari seseorang yang sudah mendekati kematian5.
Resusitasi paru adalah tindakan dan bantuan untuk mengembalikan fungsi paru
yang telah gagal.
2.2
Fisiologi pernafasan1
Respirasi ialah pertukaran gas-gas antara organisme
hidup dalam lingkungan sekitarnya. Pada manusia dikenal dua macam respirasi
yaitu eksternal dan internal. Respirasi eksternal ialah pertukaran gas-gas
antara darah dan udara sekitarnya. Pertukaran ini meliputi beberapa proses
yaitu:
1.
Ventilasi: proses masuk udara sekitar
dan pembagian udara tersebut ke alveoli
2.
Distribusi: distribusi dan pencampuran
molekul-molekul gas intrapulmoner
3.
Difusi: masuknya gas-gas menembus
selaput alveolo-kapiler
4.
Perfusi: pengambilan gas-gas oleh aliran
darah kapiler paru yang adekuat.
Respirasi internal ialah pertukaran gas-gas antara darah
dan jaringan. Pertukaran ini meliputi beberapa proses yaitu:
1.
Efisiensi kardiosirkulasi dalam darah
kaya oksigen
2.
Distribusi kapiler
3.
Difusi, perjalanan gas ke ruang
interstitial dan menembus dinding sel
4.
Metabolisme sel yang melibatkan enzim
Fungsi utama respirasi ialah pertukaran O2 dan
CO2 antara darah dan udara pernafasan. Fungsi tambahan ialah
pengendalian keseimbangan asam basa, metabolism hormon, dan pembuangan
partikel. Paru ialah satu-satunya organ tubuh yang menerima darah dari seluruh
curah jantung.
Secara anatomis sistem respirasi dibagi menjadi
bagian atas (upper) terdiri dari hidung, ruang hidung, sinus paranasalis, dan
faring yang berfungsi menjaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang
masuk ke saluran pernapasan dan bagian bawah (lower) terdiri dari laring,
trakea, bronki, bronkioli, dan alveoli.
Secara fisiologis sistem respirasi dibagi menjadi
bagian konduksi dari ruang hidung sampai bronkioli terminalis dan bagian
respirasi terdiri dari brokioli respiratorius sampai alveoli. Paru kanan
terdiri dari tiga lobus (atas, tengah, dan bawah) dan paru kiri dua lobus (atas
dan bawah).
2.2.1
Pengangkutan oksigen dan karbon dioksida1
Oksigen berdifusi dari bagian konduksi paru ke
bagian respirasi paru sampai ke alveoli. Setelah O2 menembus epitel
alveoli, membran basalis dan endotel kapiler, dalam darah sebagian besar O2
bergabung dengan hemoglobin (97%) dan sisanya larut dalam plasma (3%).
Dalam keadaan normal 100 ml darah yang meninggalkan
kapiler alveoli mengangkut 20 ml O2. Rata-rata dewasa muda normal
membutuhkan O2 setiap menitnya 225 ml. oksigen yang masuk ke dalam
darah dari alveoli sebagian besar diikat oleh Hb dan sisanya larut dalam
plasma:
O2 + Hb ↔ HB O2 (97%)
O2 + Plasma ↔ Larut (3%)
Jika semua molekul Hb mengikat O2 secara
penuh, maka saturasinya 100%. Jika kemampuan setiap molekul Hb hanya mengikat 2
molekul O2, maka saturasinya 50%. Karbon dioksida adalah hasil
metabolisme aerobik dalam jaringan perifer dan produksinya bergantung jenis
makanan yang dikonsumsi. Dalam darah sebagian besar CO2 (70%)
diangkut dan diubah menjadi asam karbonat dengan bantuan enzim carbonic
anhydrase (CA). sebagian kecil CO2 diikat oleh Hb dalam sel
eritrosit. Sisa CO2 (23%) larut dalam plasma.
2.2.2
Pengaruh anesthesia pada respirasi1
Efek penekan dari obet anestetik dan pelumpuh otot
lurik terhadap respirasi telah dikenal sejak dulu ketika kedalaman, karakter
dan kecepatan respirasi dikenal sebagai tanda klinis yang bermanfaat terhadat
kedalaman anesthesia.
Zat-zat anestitik intravena dan abar (volatile)
serta opioid semuanya menekan pernapasan dan menurunkan respon terhadap CO2.
Respons ini tidak seragam, opioid mengurangi laju pernapasan, zat abar
trikloretilen meningkatkan laju pernapasan. Hiperkapnia atau hiperkarbia (PaCO2
dalam darah arteri meningkat) merangsang kemoreseptor di badan aorta dan
karotis dan diteruskan ke pusat napas, terjadilah napas dalam dan cepat
(hiperventilasi). Sebaliknya hipokapnia atau hipokarbia (PaCO2 dalam
darah arteri menurun) menghambat kemoreseptor di badan aorta dan karotis dan
diteruskan ke pusat napas, terjadilah nafas dangkal dan lambat (hipoventilasi).
Induksi anestesi akan menurunkan kapasitas sisa
fungsional (fungsional residual volume), mungkin karena pergeseran diafragma ke
atas, apalagi setelah pemberian pelumpuh otot. Menggigilk pasca anesthesia akan
meningkatkan konsumsi O2.
Pada perokok berat mukosa jalan nafas mudah
terangsang, produksi lendir meningkat, darahnya mengandung HbCO2
kira-kira 10% dan kemampuan Hb mengikat O2 menurun sampai 25%.
Nikotin akan menyebabkan takikardia dan hipertensi.
2.2.3 Volum statik dan kapasitas
paru4
1. Volume
tidal, yaitu volume udara inspirasi atau ekspirasi pada setiap daur napas
tenang. Dewasa ±500 ml.
2. Volume
cadangan inspirasi, yaitu volume maksimal udara yang dapatr diinspirasi setelah
akhir ekspirasi tenang. Dewasa ±1500 ml.
3. Volume
cadangan ekspirasi, yaitu volume maksimal udara yang dapat diekspirasi setelah
akhir ekspirasi tenang. Dewasa ±1200 ml.
4. Volume
sisa, yaitu volume udara yang tersisa dalam paru setelah akhir ekspirasi
maksimal. Dewasa ±2100 ml.
5. Kapasitas
inspirasi, yaitu volume maksimal udara yang dapat diinspirasi setelah akhir
ekspirasi tenang. Dewasa ±2000 ml.
6. Kapasitas
sisa fungsional, yaitu volume udara yang tersisa dalam paru setelah ekspirasi
tenang. Dewasa ±3300 ml.
7. Kapasitas
vital, yaitu volume maksimal udara yang dapat diekspirasi dengan usaha maksimal
setelah inspirasi maksimal. Dewasa ±3200 ml.
8. Kapasitas
paru total, yaitu volume udara dalam paru setelah akhir inspirasi maksimal.
Dewasa ± 5300 ml.
Fungsi
paru:
1.
Membuang CO2 dan mengambil O2
untuk metabolisme tubuh
2.
Mempertahankan pH darah
3.
Mempertahankan keseimbangan suhu tubuh
dan kadar H2O
4.
Komponen fonasi suara
2.3
Kegawat daruratan dalam sistem respirasi2
Kegawat
daruratan dalam sistem respirasi terbagi menjadi dua jenis yaitu:
1.
kegawatdaruratan pada gangguan jalan
napas (airway)
2.
kegawatdaruratan pada gangguan ventilasi
(breathing)
2.3.1
Kegawat daruratan pada gangguan jalan napas (airway)
Obstruksi
jalan napas
Tanda-tanda
sumbatan jalan napas2
Pada keadaan penderita yang masih bernafas,
mengenali ada tidaknya sumbatan jalan napas dapat dilakukan dengan cara lihat (look), dengar (listen), dan raba (feel).
1. Lihat
(look)
Tentukan apakah
pasien mengalami agitasi atau penurunan kesadaran. Agitasi menunjukkan kesan
adanya hipoksemia yang mungkin disebabkan oleh karena sumbatan jalan napas,
sedangkan penurunan kesadaran member kesan adanya hiperkarbia yang mungkin
disebabkan oleh hipoventilasi akibat sumbatan jalan napas.
Perhatikan juga
gerak dada dan perut saat bernapas, normalnya pada posisi berbaring waktu
inspirasi dinding dada dan dinding perut bergerak keatas dan waktu ekspirasi
dinding dada dan dinding perut turun. Pada sumbatan jalan napas total dan
parsial berat, waktu inspirasi dinding dada bergerak turun tapi dinding perut
bergerak naik sedangkan waktu ekspirasi terjadi sebaliknya. Gerak nafas ini
disebut see saw atau rocking respiration.
Adanya retraksi
sela iga, supra klavikula atau subkostal merupakan tanda tambahan adanya
sumbatan jalan napas. Sianosis yang terlihat di kuku atau bibir menunjukkan
adanya hipoksemia akibat oksigenasi yang tidak adekuat. Pada penderita trauma
perlu dilihat adanya deformitas daerah maksilofasial atau leher serta adanya
gumpalan darah, patah tulang, gigi, dan muntahan yang dapat menyumbat jalan
nafas.
2. Dengar
(listen)
Didengar suara
nafas dan ada tidaknya suara tambahan. Adanya suara napas tambahan berarti ada
sumbatan jalan nafas parsial. Suara nafas tambahan berupa dengkuran (snoring), kumuran (gargling), atau siulan (crowing/stridor).
Snoring disebabkan oleh lidah menutup
orofaring, gargling karena secret, darah, atau muntahan dan crowing/stridor
karena anya penyempitan jalan napas karena spasme, edema, dan pendesakan.
3. Raba (feel)
Dirabakan hawa
ekspresi yang keluar dari lubang hidung atau mulut, dan ada tidaknya getaran di
leher waktu bernapas. Adanya getaran di leher menunjukkan sumbatan parsial
ringan. Pada penderita trauma perlu diraba apakah ada fraktur di daerah
maksilofasial, bagaimana posisi trachea.
Obstruksi
jalan napas dapat disebabkan oleh:
1.
lidah menyumbat orofaring1
Pada
pasien tidak sadar atau dalam keadaan anestesia posisi terlentang, tonus otot
jalan napas atas, otot genioglossus hilang, sehingga lidah akan menyumbat
hipofaring dan menyebabkan obstruksi jalan napas baik total atau parsial.
Keadaan ini sering terjadi dan harus cepat diketahui dan dikoreksi dengan
beberapa cara, misalnya manuver tripel jalan napas (triple airway maneuver), pemasangan alat jalan napas faring (pharyngeal airway), pemasangan alat
jalan napas sungkup laring (Laryngeal
mask airway), pemasangan pipa trakea (endotracheal
tube).
1. Kepala
di ekstensikan pada sendi atlanto-oksipital
2. Mandibula
didorong ke depan pada kedua angulus mandibula
3. Mulut
dibuka
Dengan manuver ini diharapkan lidah
terangkat dan jalan napas bebas, sehingga gas atau udara lancar masuk ke trakea
lewat hidung atau mulut.
Jalan
napas faring1
Jika triple
manuever kurang berhasil, maka dapat dipasang jalan napas mulut-faring
lewat mulut (oropharyngeal airway)
atau jalan napas hidung-faring lewat hidung (naso-pharyngeal airway).
Oropharyngeal airway : berbentuk pipa
gepeng lengkung seperti huruf C berlubang ditengahnya dengan salah satu
ujungnya bertangkai dengan dinding lebih keras untuk mencegah kalau pasien
menggigit lubang tetap paten, sehingga aliran udara tetap terjamin.
Naso-pharyngeal
airway : berbentuk pipa bulat berlubang tengahnya dibuat
dibuat dari bahan karet lateks lembut. Pemasangan harus hati-hati dan untuk menghindari trauma mukosa
hidung pipa diolesi dengan jelly.
Sungkup
laring
Sungkup laring (LMA, laryngeal mask airway) ialah alat jalan napas berbentuk sendok
terdiri dari pipa besar berlubang ujung menyerupai sendok yang pinggirnya dapat
dikembang-kempiskan seperti balon pada pipa trakea. Tangkai LMA dapat berupa
pipa keras dari polivinil atau lembek
dengan spiral untuk menjaga supaya tetap paten.
Dikenal
2 macam sungkup laring:
1. Sungkup
laring standar dengan satu pipa napas.
2. Sungkup
laring dengan dua pipa yaitu satu pipa napas standar dan lainnya pipa tambahan
yang ujungnya distalnya berhubungan dengan esofagus.
Ukuran
|
Usia
|
Berat (kg)
|
1.0
|
Neonatus
|
<3
|
1.3
|
Bayi
|
3-10
|
2.0
|
Anak kecil
|
10-20
|
2.3
|
Anak
|
20-30
|
3.0
|
Dewasa kecil
|
30-40
|
4.0
|
Dewasa normal
|
40-60
|
5.0
|
Dewasa besar
|
>60
|
Cara
pemasangan LMA dapat dilakukan dengan atau tanpa bantuan laringoskop.
Sebenarnya alat ini dibuat dengan tujuan
diantaranya supaya dapat dipasanga langsung tanpa bantuan alat dan dapat
digunakan jika intubasi trakea diramalkan bakal mendapat kesulitan. Pemasangan
hendaknya menunggu anestesia cukup dalam atau menggunakan pelumpuh otot untuk
menghindari trauma rongga mulut, faring-laring. Setelah alat terpasang, untuk
menghindari pipa napasnya tergigit, maka dapat dipasang gulungan kain kasa (bite block) atau pipa napas mulut
faring.
Pipa
trakea1
Pipa
trakea (endotracheal tube) mengantar
gas analgetik langsung kedalam trakea dan biasanya dibuat dari bahan standar
polivinil-klorida. Ukuran diameter lubang pipa trakea dalam milimeter. Karena
penampang trakea bayi, anak kecil, dan dewasa berbeda, penampang melintang
trakea bayi dan anak kecil dibawah usia 5 tahun hampir bulat, sedangkan dewasa
seperti huruf D, maka untuk bayi anak digunakan tanpa cuff dan untuk anak besar
dewasa dengan cuff, supaya tidak bocor.
Intubasi
trakea.
Intubasi
trakea ialah tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima
glotis, sehingga ujung distalnya berada kira-kira dipertengahan trakea antara
pita suara dan bifurkasio trakea. Indikasi sangat bervariasi dan umumnya
digolongkan sebagai berikut:
1. Menjaga
patensi jalan napas oleh sebab apapun.
Kelaianan anatomis, bedah khusus,
bedah posisi khusus, pembersihan sekret jalan napas
2. Mempermudah
ventilasi positif dan oksigenasi
Misalnya, saat resusuitasi,
memungkinkan penggunaan relaksan dengan efisien, ventilasi jangka panjang.
3. Pencegahan
terhadap aspirasi dan regurgitasi.
2.
Obstruksi oleh karena cairan2
Muntahan,
darah dan sekret di tangani dengan penghisap (suction). Ada 2 macam kateter penghisap yang sering digunakan yaitu
rigid tonsil dental suction tip atau soft catheter suction tip. Untuk
menghisap rongga mulut dianjurkan memakai yang rigid tonsil/dental tip
sedangkan untuk menghisap lewat pipa endotrakeal atau trakheostomi menggunakan
yang soft catheter suction tip.
3.
Obstruksi pada pasien sadar2
Penanganan pada
obstruksi benda asing pada pasien sadar adalah dengan maneuver back blow dan
Heimlich.
2.3.2
Kegawatdaruratan pada Gangguan Ventilasi2
Gagal
nafas adalah ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial
normal O2 dan atau CO2 didalam darah. Gagal nafas adalah
suatu kegawatan yang disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigen dan
karbondioksida, sehingga sistem pernafasan tidak mampu memenuhi metabolisme
tubuh.
Jalan napas yang
tersumbat akan menyebabkan gangguan ventilasi karena itu langkah yang pertama
adalah membuka jalan napasdan menjaganyaaar tetap bebas. Setelah jalan napas
bebas tetapi masih ada gangguan ventilasi mak harus dicari penyebab yang lain.
Penyebab lain terutama
adalah gangguan pada mekanik ventilasi dan depresi pada susunan saraf pusat.
Untuk inspirasi agar
diperoleh volume udara yang cukup diperlukan jalan nafas yang bebas, kekuatan
otot respirasi yang kuat, dinding thoraks yang utuh, rongga pleura yang
negative dan susunan saraf yang baik.
Bila ada gangguan dari
unsur-unsur mekanik di atas maka akan menyebabkan volume inspirasi tidak
adekuat, sehingga terjadi hipoventiasi yang mengakibatkan hiperkarbia dan
hipoksemia. Hiperkarbia menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak yang akan
meningkatkan tekanan intracranial, yang dapat menurunkan kesadaran dan menekan
pusat nafas bila disertai hipoksemia keadaan akan makin memburuk. Penekanan
pusat nafas akan menurunkan ventilasi. Lingkaran ini harus dipatahkan dengan
memberikan ventilasi dan oksigenasi.
Pusat nafas bekerja
secara otomatis dan menurut kendali. Oleh karena itu, pada penderita dengan
gangguan ventilasi dimana penolonbg belum mampu mnguasai ventilasinya dan masih
memerlukan kooperasi dengan pendirita, sebaiknya penderita tidak ditidurkan, tetap
dalam keadaan sadar.
Gangguan ventiasi dan
oksigenasi juga dapat terjadi akibat kelainan di paru dan kegagalan fungsi paru
Parameter
ventilasi:
·
PaCO2 (N: 35-45
mmHg)
·
ETCO2 (N: 25-35
mmHg)
Parameter oksigenasi
·
PaO2 (N: 80-100
mmHg)
·
SaO2 (N:
95-100%)
NOTE: Untuk lebih lengkapnya dapat Anda download di sini.
4 komentar:
bagaimana agar saya bsa mendapatkan lebih lengkapnya? link ziddu nya tidak ditemukan. terimakasih
DEAAAAA...
mohon tinjauan pustakanya dilampirkan :) makasih sebelumnya sangat membantu
Posting Komentar