Gagal jantung merupakan
tahap akhir dari seluruh
penyakit jantung dan merupakan
penyebab peningkatan
morbiditas dan mortalitas
pasien jantung.1
Diperkirakan hampir lima
persen dari pasien yang
dirawat di rumah
sakit, 4,7% wanita dan
5,1% laki-laki. Insiden
gagal jantung dalam setahun
diperkirakan 2,3 –
3,7 perseribu penderita pertahun.2 Kejadian gagal
jantung akan semakin meningkat di
masa depan karena
semakin bertambahnya usia harapan
hidup dan berkembangnya terapi
penanganan infark miokard mengakibatkan perbaikan
harapan hidup penderita dengan penurunan fungsi jantung.3
Gagal jantung
susah dikenali secara
klinis, karena beragamnya keadaan
klinis serta tidak spesifik serta hanya sedikit tanda –
tanda klinis pada tahap awal penyakit.
Perkembangan terkini
memungkinkan untuk mengenali
gagal jantung secara dini
serta perkembangan pengobatan
yang memeperbaiki gejala klinis,
kualitas hidup, penurunan angka
perawatan, memperlambat
progresifitas penyakit dan
meningkatkan kelangsungan hidup.3
DEFINISI
SERTA KLASIFIKASI
Gagal jantung didefinisikan sebagai kondisi dimana jantung
tidak lagi dapat
memompakan cukup darah ke
jaringan tubuh. Keadaan ini
dapat timbul dengan atau
tanpa penyakit jantung. Gangguan fungsi
jantung dapat berupa
gangguan fungsi diastolik atau
sistolik, gangguan irama jantung, atau ketidaksesuaian preload
dan afterload. Keadaan ini dapat
menyebabkan kematian pada pasien.2
Gagal
jantung dapat dibagi
menjadi gagal jantung kiri dan
gagal jantung kanan. Gagal jantung juga dapat dibagi menjadi gagal jantung
akut, gagal jantung kronis dekompensasi,
serta gagal jantung kronis.
Beberapa sistem
klasifikasi telah dibuat untuk
mempermudah dalam pengenalan
dan penanganan gagal jantung.
Sistem klasifikasi tersebut antara
lain pembagian berdasarkan
Killip yang digunakan pada
Infark Miokard Akut, klasifikasi berdasarkan
tampilan klinis yaitu klasifikasi Forrester, Stevenson dan
NYHA.2