1
Terapi Umum
A. Letakkan pasien pada posisi
terlentang kaki lebih tinggi agar aliran darah otak minimal. Gunakan selimut
untuk mengurangi pengeluaran panas tubuh. 4
B.
Periksa
adanya gangguan respirasi. Dagu ditarik kebelakang supaya posisi kepala
menengadah dan jalan nafas bebas, beri O2 kalau perlu diberi nafas
buatan. 4
C.
Pasang
segera infus cairan kristaloid dengan kandungan besar (18,16). 4
D.
Lakukan
pemeriksaan fisik yang lengkap termasuk kepala dan punggung. Bila ktekadan
darah dan kesadaran relative normal pada posisi terlentang, coba periksa dengan
posisi duduk atau berdiri. 4
E.
Keluarkan
darah dari kanul intra vena untuk pemeriksaan labolatorium: darah lengkap,
penentuan golongan darah, analisa gas darah elektrolit. Sampel darah sebaiknya
diambil sebelum terapi cairan dilakukan. Pada syok hipovolemik, kanulasi
dilakukan pada vena savena magna atau vena basilica daengan kateter yang
panjang untuk kanulasi vena basilika dapat sekaligus untuk mengukur tekanan vena sentral (TVS). 4
F.
Peubahan
nilai PaCO2, HCO3, dan PH pada analisa gas darah dapat
dipakai sebagai indicator beratnya gangguan fungsi kardiorespirasi, derajat
asidosis metabolik dan hipoperfusi jaringan. 4
G.
Beri
oksigen sebanyak 5-10 L/menit dengan kanul nasal adatau sungkup muka dan
sesuaiakan kebutuhan oksigen PaO2. Pertahanankan PaO2 tetap
di atas 70 mmHg. 4
H.
Beri
natrium bikarbonat 1 atau 2 ampul bersama cairan elektrolit untuk
mempertahankan nilai pH tetap di atas 7,1 walaupun koreksi asidosis metabolik
yang terbaik pada syok adalah memulihkan sirkulasi dan perfusi jaringan. 4
I.
Terapi
medikamentosa segera.
1.
Adrenalin
dapat diberikan jika terdapat kolaps kardiovaskular berat (tensi/nadi hamper
tidak teraba) dengan dosis 0,5-1 mg larutan 1:1000 intra muscular atau 0,1-0,2
mg larutan 1:1000 dalam pengenceran 9 ml NaCL 0,9% intra vena. Adrenalin jangan
dicampur dengan natrium bikarbonat karena adrenalin dapat menyebabkan
inaktivasi larutan basa. 4
2.
Infus
cepat dengan Ringer’s laktat (50 ml/menit) terutama pada syok hipovolemik. Daat
dikombinasi dengan cairan koloid (dextran L). 4
3.
Vasopresor
diberikan pada syok kardiogenik yang tidak menunjukkan perbaikan dengan terapi
cairan. Dopamin dapat digunakan dengan dosis 2.5 Ug/kg/menit (larutan dopamine
200 mg dalam 500 ml cairan dekstrosa 5%. Setiap ml larutan mengandung 400 Ug
dopamin). Dosis dopamin secara bertahap dapat ditingkatkan hingga 10-20 Ug/Kg/menit.
Pemberian vasopresor pada hipovolemia sedang sampai berat tidak bermanfaat.
4
J.
Pantau
irama jantung dan buat rekaman EKG (terutama syok kardiogenik). Syok adalah
salah satu predisposisi aritmia karena sering disertai gangguan keseimbangan
elektrolit, asam dan basa. 4
K.
Pantau
dieresis dan pemeriksaan analisis urin. 4
L.
Pemeriksaan
foto toraks umumnya bergantung pada penyebab dan tingkat kegawatan syok. 4
Semua pasien syok harus dirujuk ke rumah sakit,
terutama untuk perawatan intensif. 4
2 Terapi Spesifik
Syok
hipovolemik disebabkan oleh : 4
a. Perdarahan (syok hemoragik),
misalnya trauma.
b.
Kehilangan
plasma, misalnya luka bakar, peritonitis.
c. Kehilangan air dan elektrolit,
misalnya muntah, diare.
Penatalaksanaan : 4
A. Letakkan pasien pada posisi
terlentang
B.
Beri
oksigen sebanyak 5-10 L/menit dengan kanula nasal atau sungkup muka.
C.
Lakukan
kanulasi vena tepi dengan kateter no.16 atau 14 per kutaneus atau vena seksi.
Kalau perlu jumlah kanulasi vena 2-3 tergantung pada tingkat kegawatan syok.
Kanulasi dapat dilakukan pada :
1.
Vena
safena magna.
2.
Vena
basilika. Gunakan caterer panjang untuk mencapai dan mengukur TVS.
3.
Vena
femoralis.
Kanulasi
vena sentral perkutaneus pada syok hipovolemik berat harus dicegah karena
mungkin vena-vena besar kolaps dan mudah terjadi komplikasi pneumotoraks. Kedua
komplikasi dapat memperberat kondisi pasien bahkan kematian.
D. Beri infus dengan cairan
kristaloid atau koloid. Tujuan utama tetapi adalah memulihkan curah jantung dan
perfusi jaringan secepat mungkin. Jenis cairan kristaloid antara lain garam
fisiologi (garam, nomal), NaCl hipertonik atau larutan garam berimbang seperti
ringer’s laktat, ringer’s asetat. Jaringan cairan koloid antara lain darah,
plasma dan komponen darah (plasma beku segar, albumin, plasmanat) atau
pengganti plasma (plasma substitutes) seperti dekstran 40 dan 70. 4
Jenis Cairan :
A.
Larutan Kristaloid : ringer laktat
B.
Larutan Koloid : darah, plasma/larutan albumin,
pengganti plasma
Tabel 9. Kristaloid versus koloid
3 Monitor Resusitasi
1.
Penuntun
resusitasi
Pemberian
cairan parenteral pada resusitasi syok hipovelemik sebaiknya dituntun oeh
parameter fisiologis penting dan bukan oleh suatu formula. Petunjuk bahwa
resusitasi berhasil antara lain TVS mendekati nilai normal (3-8 cm H2O),
dieresis diatas 0,5 ml/kgBB/jam, kesadaran membaik, perfusi perifer membaik dan
curah jantung meningkat (curah jantung normal=3,5 L/menit, tensi mendekati
nrmal, nadi teraba baik dan sebagainya). 4
a.
TVS
dan tekanan baji kapiler paru (TBKP)
Pengukuran TVS pada syok hipovolemik mutlak
dilakukan untuk menuntun dan mengetahui keberhasilan resusitasi. Pada individu
sehat, TVS dapat dipakai sebagai ukuran tekanan atrium kiri tidak langsung,
kecuali terdapat penyakit kardiorespirasi seperti gagal jantung kongstif atau
penyakit paru obstruktif menahun. Dalam hal ini pengukuran tekanan atrium kiri
atau TBKP lebih mencerminkan keadaan sebenarnya, hanya amat disayangkan
pengukuran TBKP tidak praktis untuk keadaan gawat darurat. 4
Pada syok ringan samapai sedang, nilai TVS sampai 15
cm H2O umumnya dapat ditoleransi oleh pasien. Tetapi pada syok berat
yang telah disertai dengan kebocoran endotel kapiler, TVS harus dipertahankan
pada batas 3-8 H2O karena kelebihan cairan intra vaskular dapat mempertahankan udem interstisial terutama
pada jaringan baru. 4
b.
Diuresis
Merupakan indeks aliran darah visceral yang baik
terutama aliran darah ginjal. Diuresis harus dipertahankan minimal 0,5
ml/kg/jam. 4
c.
Lain-lain
Keberhasilan resusitasi juga dapat ditunjukkan
dengan perbaikan tingkat kesadaran dan perfusi perifer. Untuk itu umunya
digunakan indikator klinis termasuk AGD, pengukuran curah jantung dan konsumsi
oksigen yang hanya dilakukan di ruamh sakit besar. 4
2.
Tanda-tanda
kegagalan resusitasi
a.
TVS
dan dieresis yang meningkat di atas normal. Hal ini menunjukkkan kelebhan
cairan intra vaskular dan vaskular dan harus segera dikurangi. 4
b.
TVS
dan diuresis yang meningkat diatas normal. Hal ini menunjukkan cairan intra
vaskular dan perlu ditambah. 4
c.
TVS
meningkat, dieresis menurun. Perlu mengukur tekanan baji kapiler par dan curah
jantung untuk penentuan terapi lebih lajut. 4
3.
Evaluasi
terapi
Evaluasi
yang penting adalah kontinuitas pengamatan parameter fisiologik sebagaimana
yang telah dianjurkan terdahulu. Tambahkan evaluasi antara lain:
a.
Pengukuran
tekanan darah, frekuensi nadii dan pernafasan tiap 15-30 menit. 4
b.
Pengukuran
keseimbangan pemasukan dan pengeluaran cairan. Ingat bahwa syok berat atau
berlanjut sering disertai nekrosis tubular akut dan kegagaln ginjal (oligo
anuri). 4
c.
Pengukuran
hematokrit periodic jika perdarahan diduga masih berlangsung. Perlu diketahui
bahwa penurunan hematokrit pada syok hemoragik tanpa terapi tidak terjadi
segera melainkan bertahap selama 24-48 jam. Hal ini disebabkan karena terdapat
hemodilusi.4
d.
AGD
perlu dilakukan berulang-ulang karena pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya
perbaikan dan perburukan fungsi kardiorespirasi dalam keadaan gawat darurat.
4
NOTE: Untuk lebih lengkapnya dapat Anda download di sini.
0 komentar:
Posting Komentar