Pages

Ads 468x60px

Labels

Kamis, 11 Agustus 2011

Abortus


BAB  I
PENDAHULUAN
1.1.           Latar Belakang
Kata abortus (aborsi, abortion) berasal dari bahasa Latin, yaitu “aboriri yang artinya to miscarry (keguguran). Menurut National Center for Health Statistics, Centers for Disease Control and Prevention, dan World Health Organization, abortus adalah penghentian (terminasi) kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu atau dengan berat janin kurang dari 500 gram. Meskipun demikian, definisi abortus dapat bervariasi sesuai dengan undang-undang masing-masing negara.1

BAB  II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Definisi Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu. 6

2.2. Epidemiologi Abortus
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut, di mana terminologi umum untuk masalah ini adalah keguguran atau miscarriage.5 Dalam sebuah penelitian di RSUP Adam Malik Medan dari tahun 2005-2010, didapatkan kesimpulan bahwa dari total 53 wanita yang mengalami abortus spontan, sebanyak 28 wanita (52,8%) berusia 21-34 tahun, 21 wanita (39,6%) berusia 35 tahun ke atas, dan 4 wanita (7,6%) berusia di bawah 20 tahun.7


2.3. Etiologi Abortus
            Ada beberapa penyebab abortus, di antaranya sebagai berikut.
1.   Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
a.       Kelainan kromosom
b.      Lingkungan kurang sempurna
c.       Pengaruh dari luar
2.   Kelainan pada plasenta
3.   Penyakit ibu
 4.   Kelainan traktus genitalis

            Pada abortus habitualis, ada 3 golongan penyebab yaitu:
1.   Kelainan pada zigot
2.   Malfungsi endometrium
Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan gangguan dalam pertum-buhan endometrium adalah:
a.    Kelainan hormonal
b.   Gangguan nutrisi
c.    Penyakit infeksi
d.   Kelainan imunologi
e.    Faktor psikologis
3.   Kelainan anatomik pada uterus

2.4. Patologi
Abortus biasanya disertai oleh perdarahan ke dalam desidua basalis, dengan nekrosis di jaringan dekat tempat perdarahan. Ovum menjadi terlepas dan hal ini merangsang kontraksi uterus sehingga menyebabkan ekspulsi. Jika kantung kehamilan dibuka, cairan biasanya ditemukan di sekitar janin kecil yang mengalami maserasi, atau kemungkinan lain adalah tidak adanya janin yang disebut dengan blighted ovum.4
            Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Adakalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion).6

2.5. Jenis-jenis Abortus
Abortus dapat dibedakan sebagai berikut.
1.   Abortus spontan
Abortus spontan adalah abortus yang berlangsung tanpa tindakan.6 Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.5 Terminologi umum untuk masalah ini adalah keguguran atau miscarriage.5
2.   Abortus buatan
Abortus buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan.6 Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan.5 Terminologi untuk keadaan ini adalah pengguguran, aborsi, atau abortus provokatus.5
3.   Abortus terapeutik
Abortus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik.6 Indikasi abortus terapeutik adalah sebagai berikut.8
a.       Indikasi sosial
b.      Indikasi psikiatrik:
-          Neurosis berat
-          Psikosis
c.       Indikasi medik:
-          Penyakit jantung berat, gagal jantung
-          Penyakit ginjal kronik berat, gagal ginjal
-          Penyakit maligna, terutama payudara atau serviks uteri
d.      Indikasi fetus:
-          Infeksi virus
-          Penyakit hemolitik
-          Defek genetik
-          Defek kongenital yang tidak kompatibel dengan kehidupan normal, misalnya anensefali, spina bifida.

Terdapat berbagai jenis abortus yang termasuk dalam kategori abortus spontan, antara lain adalah:5,6
1.   Abortus imminens
Abortus imminens adalah terjadinya perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini, kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.5
2.   Abortus insipiens
Abortus insipiens adalah perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda di mana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit.5
3.   Abortus inkomplit
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda di mana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis.5 Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.9
4.      Abortus komplit
Abortus komplit adalah perdarahan  pada kehamilan muda di mana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri.5 Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.6

Selain itu dikenal pula abortus servikalis, missed abortion, abortus habitualis, abortus infeksiosus, dan abortus septik.6

2.6. Komplikasi Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.6
1.      Perdarahan
Hal ini dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2.      Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi.
3.      Infeksi
4.      Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).

2.7. Diagnosis
            Evaluasi medik mencakup riwayat medik, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan panggul untuk menegakkan diagnosis dan penentuan tindakan selanjutnya.9
ü  Riwayat Medik
ü  Pemeriksaan Fisik
ü  Pemeriksaan Panggul
ü  Pemeriksaan dengan Spekulum (Inspekulo)
ü  Pemeriksaan Bimanual
ü  Nilai Besar dan Posisi Uterus
a.    Uterus Anteversi
b.   Uterus Retroversi
c.    Uterus Lateroposisi

2.8. Penatalaksanaan
1. Penanganan Awal5
Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari:
·      Keadaan umum pasien
·      Tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik < 90 mmHg, nadi > 112 kali per menit)
·      Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan bebas dalam kavum pelvis; pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik yang terganggu
·      Tanda-tanda infeksi atau sepsis (demam tinggi, sekret berbau pervaginam, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang porsio, dehidrasi, gelisah atau pingsan)
·      Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksana pada fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk (setelah dilakukan stabilisasi)

2. Penanganan Spesifik5
1.      Abortus Imminens
·         Tidak diperlukan pengobatan medik yang khusus atau tirah baring secara total
·         Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan seksual
·         Bila:
Ø  Perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi.
Ø  Perdarahan terus berlangsung, nilai kondisi janin. Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola).
·           Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.

2.      Abortus Insipiens
·         Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi.
·         Bila usia gestasi ≤ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan peralatan aspirasi vakum manual (AVM) setelah bagian-bagian janin dikeluarkan. Bila usia gestasi ≥ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan prosedur dilatasi dan kuretase (D & K).
·         Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia gestasi lebih besar dari 16 minggu, lakukan tindakan pendahuluan dengan:
Ø  Infus Oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai dengan 8 tetes/menit yang dapat dinaikkan hingga 40 tetes/menit, sesuai dengan kondisi kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi.
Ø  Ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian.
Ø  Misoprostol 400 mg per oral dan apabila masih diperlukan, dapat diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal.
·         Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan dengan  AVM atau prosedur dilatasi dan kuretase (hati-hati resiko perforasi).

3.      Abortus Inkomplit
·         Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsis).
·         Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum, setelah itu evaluasi perdarahan:
Ø  Bila perdarahan berhenti, beri Ergometrin 0.2 mg IM atau Misoprostol 400 mg per oral.
Ø  Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM atau dilatasi dan kuretase (pilihan tergantung dari usia gestasi, pembukaan serviks, dan keberadaan bagian-bagian janin).
·         Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotik profilaksis (Ampicillin 500 mg oral atau Doxycycline 100 mg).
·         Bila terjadi infeksi, beri Ampicillin 1 gr dan Metronidazole 500 mg setiap 8 jam.
·         Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi di bawah 16 minggu, segera lakukan evakuasi dengan AVM.
·         Bila pasien tampak anemik, berikan Sulfas ferosus 600 mg per hari selama 2 minggu (untuk anemia sedang) atau transfusi darah (untuk anemia berat).

Oksitosin drip
         Oksitosin drip diperlukan pada evakuasi sisa konsepsi pada kasus abortus inkomplit trimester kedua. Dosis oksitosin untuk tindakan ini dapat mencapai 200 unit oksitosin dalam 500 ml cairan infus dengan kecepatan 30-40 tetes per menit. Ini dilakukan untuk membuat uterus berkontraksi dengan baik agar dapat mengeluarkan sisa konsepsi dan membuat dinding uterus tebal dan kuat (mencegah perforasi). Perhatikan timbulnya efek samping dari pemberian oksitosin dosis tinggi ini. Sebagai pengganti, dapat diberikan misoprostol 600 mg per oral. Setelah prosedur selesai, pantau tanda vital pasien. Pantau tanda vital pasca tindakan hingga pasien dianggap stabil.9

Perawatan pasca tindakan
Pantau tanda vital mulai dari saat pasien masih berada di atas meja tindakan. Berikan antibiotik sebagai upaya profilaksis, terutama apabila ditemui tanda-tanda infeksi. Berikan penjelasan:
-       Hindarkan hubungan seksual atau memasukkan sesuatu ke dalam vagina (tampon, bilasan) hingga perdarahan benar-benar berhenti (5-7 hari).
-       Kesuburan dapat kembali dalam 2 minggu pasca keguguran sehingga perlu dilakukan konseling tentang kemungkinan akan terjadinya kehamilan atau tawaran menggunakan kontrasepsi bila pasien belum ingin hamil.
-       Tempat kunjungan ulang atau fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pertolongan gawat darurat (bila diperlukan).9

Kontrasepsi pasca keguguran
         Bila usia kehamilan di bawah 12 minggu, setelah abortus selesai, kesuburan akan kembali (paling cepat) dalam 11 hari. Pada abortus spontan, umumnya mereka ingin untuk segera hamil kembali. Bila tidak terdapat kelainan medik, maka keinginan tersebut disalurkan ke bagian klinik infertilitas. Kecuali metode alamiah, hampir semua metode kontrasepsi dapat digunakan oleh pasien pasca keguguran.9

4.      Abortus Komplit
·         Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet Ergometrin 3x1 tablet per hari untuk 3 hari.
·         Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet Sulfas ferosus 600 mg per hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi (susu, sayuran segar, ikan, daging, dan telur). Untuk anemia berat, berikan transfusi darah.
·         Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi antibiotik, atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotik profilaksis.

5.      Abortus Infeksiosa
·         Kasus ini beresiko tinggi untuk terjadi sepsis. Apabila fasilitas kesehatan setempat tidak mempunyai fasilitas yang memadai, rujuk pasien ke Rumah Sakit.
·         Sebelum merujuk pasien lakukan restorasi cairan yang hilang dengan NS atau RL melalui infus dan berikan antibiotika (misalnya: Ampicillin 1 gr, Metronidazole 500 mg).
·         Jika ada riwayat abortus tidak aman, beri ATS dan TT.
·         Pada fasilitas kesehatan yang lengkap, dengan perlindungan antibiotika berspektrum luas dan upaya stabilisasi hingga kondisi pasien memadai, dapat dilakukan pengosongan uterus sesegera mungkin (lakukan secara hati-hati karena tingginya kejadian perforasi pada kondisi ini).

6.   Missed Abortion
Missed abortion seharusnya ditangani di Rumah Sakit atas pertimbangan:
·         Plasenta dapat melekat sangat erat di dinding rahim, sehingga prosedur evakuasi (kuretase) akan lebih sulit dan risiko perforasi lebih tinggi.
·         Pada umumnya kanalis servisis dalam keadaan tertutup sehingga perlu tindakan dilatasi dengan batang laminaria selama 12 jam.
·         Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang berlanjut dengan gangguan pembekuan darah.

Aspirasi Vakum Manual (AVM)
            Aspirasi vakum manual adalah serangkaian proses untuk melepaskan dan mengeluarkan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan manipulasi instrumen ke dalam kavum uteri. Pelepasan tersebut dilakukan dengan jalan menghisap dengan tekanan vakum dan mengerok dinding kavum uteri dengan kanula plastik yang mempunyai lubang di bagian ujungnya. Tekanan vakum dihasilkan dari pengosongan udara di dalam tabung (syringe) 60 ml dan tekanan tersebut disalurkan melalui kanula (Karmann’s cannula) dengan membuka katup pengendali (valve).5

Kuretase
            Kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding cavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrumen (sendok kuret) ke dalam cavum uteri. Sendok kuret akan melepaskan jaringan tersebut dengan teknik pengerokan secara sistematik. Kuretase diindikasikan pada abortus inkomplit dan abortus septik.5

Teknik Induksi Aborsi (Abortus Terapeutik)8
Di banyak negara, induksi (terapeutik) aborsi kini dianggap legal. Tujuan melegalkan abortus ini adalah:
-       Memungkinkan semua wanita, tidak menghiraukan status sosial dan ekonomi, mendapatkan abortus yang dilakukan tenaga kesehatan profesional yang terlatih di dalam lingkungan higiene yang baik, setelah konseling.
-       Mengurangi frekuensi abortus “ilegal” yang dilakukan dalam lingkungan yang tidak higienis, yang sering disertai angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

Sekuele Induksi Aborsi
Induksi aborsi yang dilakukan sebelum kehamilan minggu ke-12 di klinik yang mempunyai fasilitas dan staf yang baik hanya sedikit disertai komplikasi. Kurang dari 1% wanita mendapat infeksi, dan angka mortalitasnya kurang dari 1 per 100.000 abortus. Setelah kehamilan minggu ke-12, angka komplikasi meningkat menjadi 3-5% dengan angka mortalitas 9-12 per 100.000. Tidak terjadi penurunan fertilitas atau peningkatan risiko abortus spontan, kelahiran preterm, atau kematian janin pada kehamilan berikutnya.1

2.9. Pencegahan Abortus
  • Mencari kelainan yang mungkin menyebabkan abortus
  • Pemeriksaan terhadap suami-istri
  • Harus lebih banyak istirahat pada penderita abortus habitualis
  • Jangan bersenggama pada hamil muda
  • Perbanyak makanan bergizi
  • Batasi pemakaian obat-obatan
  
BAB  III
KESIMPULAN

Abortus adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu. Abortus dibedakan menjadi abortus spontan, abortus buatan, dan abortus terapeutik. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan. Abortus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik.
Secara klinis, abortus spontan dapat dibedakan menjadi abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkomplit, dan abortus komplit. 
Penyebab abortus antara lain adalah kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pada plasenta, penyakit ibu, dan kelainan traktus genitalis. Abortus dapat menyebabkan komplikasi berupa perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.
            Penanganan abortus tergantung dari jenis abortus yang terjadi. Bila masih memungkinkan, maka janin dipertahankan tetap hidup. Akan tetapi bila tidak dapat dipertahankan lagi, maka dapat dikeluarkan dengan memberikan obet-obatan yang menstimulasi pengeluaran hasil konsepsi ataupun dengan kuretase.

NOTE: Untuk lebih lengkapnya dapat Anda download di sini.

0 komentar:

Posting Komentar